[previous: Time]
I remember
Ia
mengingatnya begitu rupa, begitu jelas, begitu rinci, begitu detil, begitu
presisi. Ia ingat raut wajahnya yang meskipun mulanya terlihat kaku,
sesungguhnya menyimpan keramahan tersembunyi, yang takkan terungkap tanpa
pembicaraan lebih mendalam. Ia ingat terkadang ada beberapa rambut konyol yang
berdiri dan tak pernah rebah, mencuat dan berantakan, membuatnya terlihat
seperti tidak pernah menyentuh sisir selama lebih dari seminggu. Ia mengingat
suaranya. Tidak berat dan dalam, tidak juga tinggi melengking menyebalkan,
namun berkesan. Menyenangkan sekaligus menenangkan, seperti aliran air. Seperti
air yang membasuh bersih semua luka dan kotoran, seperti air yang tenang dan
menghanyutkan. Ia tidak mungkin melupakan tangannya yang pernah mengobatinya
ketika terluka, tangannya yang kasar akibat pekerjaannya. Namun tangan itu
lembut, selalu berhati-hati saat mengusapkan antiseptik di atas luka-lukanya,
tangannya yang selalu membelai kepalanya, memberi penghiburan di saat semuanya
terasa begitu berat dan letih. Ia mengingat tatapan matanya yang tidak pernah
bisa ia mengerti. Ia merasa ada kesedihan yang membayang dalam matanya setiap
kali mereka beradu pandang. Mengapa ia tidak pernah mendapatkan jawaban acap
kali ia bertanya?
Ia
mengingat semua yang mereka lalui dengan detil...
Dan
kini, rasanya mengingat itu semua membuatnya ingin mati saja...
Ia
diberi nama panggilan kesayangan olehnya...
Ia
selalu ditolong olehnya...
Omel-omelannya
saat habis kesabaran menghadapi tingkahnya yang slebor dan tanpa perhitungan...
Dan
janji yang disangka hanya bualan ternyata sungguh ditepatinya...
Ingin
rasanya ia mengutuk dirinya sendiri...
Mengapa...
Ia
mengingat semuanya... Ia mengingat warna merah, jingga, dan kuning yang
menghiasi langit dan tanah. Ia mengingat gemuruh dan hujan abu. Ia mengingat
langit yang terbelah. Ia mengingat ketidakmampuannya. Ia mengingat tubuh dingin
sahabatnya. Ia mengingat kalimat terakhir yang diucapkannya sesaat setelah ia
dikecup olehnya. Dan ia mengingat ekspresinya saat terjun ke lautan api.
...
.........
...............
Aria...
Aria...
Aria...
Aria...
...............
.........
...
Lagi, dan lagi, air matanya mengalir.
©Erinda
Moniaga, 200713
2.37 AM
No comments:
Post a Comment