every word, every move, every expression has its own meaning. here I'm noting it.

Monday, June 6, 2011

Pelangi - Epilogue

Pelangimu akan datang tepat pada waktunya.


***


Ran turun dari motornya, tergesa-gesa berlari ke dalam kedai kopi favoritnya. Sembari berlari, dia mengutuk kebiasaan buruknya yang tidak bisa tidak minum caramel java chip seusai pulang kuliah, kok bisa-bisanya dia punya kebiasaan buruk dan boros seperti itu??? Ah, sudahlah, pikirnya, lalu menerobos masuk kedai dan berteriak pada temannya di balik konter.

"Wicaaaak, buatin aku caramel java chip! Sekarang, buruan, gih!"

Temannya yang pada saat itu sedang sibuk menakar air untuk menyeduh teh pesanan tamu sebelum Ran terlonjak kaget.

"Boleh kok kamu gak sebegituny, Ran," sejenak dia mengamati temannya yang tampak terengah-engah dan keberatan tas, sibuk dengan kegiatan berulang kali memakai dan melepas kacamata. "Kamu kenapa sih?"

"Gak tau nih, mataku rasanya nambah lagi deh minusnya! Grrr!"

Wicak tersenyum simpul. Ran sudah kembali seperti Ran yang biasanya. Syukurlah, karena beberapa bulan yang lalu, nyaris berbulan-bulan sebenarnya, Ran nampak tidak hidup. Hanya sekedar hidup untuk menjalani rutinitas. Ran tidak pernah mau berbicara apapun, hanya diam, duduk di pojokan kedai seperti biasa dengan tumpukan buku setebal kamus Oxford Advanced Learner Dictionary. Meskipun dia membaca, Wicak tahu, jauh, sangat jauh di dalam hati, Ran sedang terbakar.
Tahu-tahu saja baru-baru ini dia kembali ceria, seakan-akan seluruh bebannya sudah diangkat dan dibuang ke ujung samudra. Wicak tidak menuntut Ran untuk bercerita apa yang terjadi, tapi dengan melihat Ran yang seperti biasa, dia sangat bersyukur.

"Sana duduk dulu, aku buatin sekarang," kata Wicak pada Ran yang nampak gelisah seperti cacing kepanasan. "Kamu buru-buru ya?"

"Iya, habis ini masih ada rapat di kampus. Tapi kamu tahu aku kan, Wicak," Ran nyengir kuda, "no days without caramel java chip."

Wicak mendengus geli. Segera dibuatkannya pesanan Ran. Dari ujung matanya, dia bisa melihat ada tamu yang datang lagi. Ah, itu juga pelanggan tetap yang nyaris sama seperti Ran, pasti selalu ke tempat kerjanya. "Selamat datang!"

Selagi menunggu Wicak membuatkan pesanannya, Ran duduk, melihat-lihat ke luar. Kembali mengingat momen saat jiwanya dicerahkan. OlehNYA. Ran tidak bisa menghentikan matanya yang tiba-tiba panas akibat air mata jika mengenang kembali saat-saat itu. Saat badainya tenang dan pelangi muncul di langitnya. Di langit hatinya. Di jiwanya.

Bagaimana kau harus mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang telah menyentuh jiwamu dan menyembuhkanmu? Amazing grace, bisik Ran dalam hati. Dia teringat pula bisikan kecil yang diberikan Tuhan saat berpisah.

"Pelangimu di dunia nyata akan muncul tepat pada waktunya."

Sambil berpikir begitu, Ran melepaskan kacamatanya, memainkannya di tangannya, sengaja dikenai sinar matahari sehingga terjadi pembiasan dan muncul larik-larik pelangi mini di udara, bahkan ada yang sampai mengenai wajah pelanggan yang baru datang dan sedang memesan minuman. Tapi Ran tidak peduli, malah tersenyum sendiri. Kira-kira kapan ya?

Beberapa menit kemudian....

"Caramel java chip!" mendengar Wicak menyebut pesanannya, Ran langsung bangkit, bergegas menuju konter.
Kemudian terdengar suara BRAK serta DUK.

"Ouch!" teriak Ran dan seseorang bersamaan. Dahi mereka bertabrakan sementara kacamata Ran terjatuh.
Semuanya berubah buram tidak jelas. Seraya mengutuki kecerobohannya, Ran berjongkok dan berusaha menemukan di mana kacamatanya. AHA, itu dia! Dia melihatnya di kaki orang yang ditabraknya dan cepat-cepat mengambilnya. Teman-temannya tadi sudah ribut di sms, menyuruhnya agar segera datang ke kampus, dia harus segera cabut!
Sayangnya dunia malah makin kabur tidak karuan.

"Maaf, mbak, itu kacamata saya," Ran mendengar suara lelaki. Sepertinya lelaki yang ditabraknya. Oh, dia pakai kacamata juga toh? Ran menengadah, melepas kacamatanya, dan tingkat keburaman berkurang (meskipun memang masih buram). Dilepasnya kaca itu.

"Maaf," bisik Ran.

Wicak dari konternya terkekeh melihat pemandangan yang terjadi di depannya.

Ternyata senyum samar si cowok masih bisa nampak. Tidak begitu jelas, sayangnya. Dia menyerahkan kacamatanya pada Ran.

"Maaf ya sudah menabrakmu. Kamu pesan caramel java chip juga?" selagi cowok itu bertanya, Ran sibuk mengelap lensa kacamatanya. Ran mengangguk-angguk. Lalu gelas frappuccino masuk ke titik fokus matanya. "Silakan duluan," ujarnya ramah. Itu asumsi Ran, suara cowok itu terdengar ramah (dia sedang menunduk dan sibuk mengelap kacanya, ingat?)
Berhubung Ran memang sedang buru-buru, dengan senang hati tentu saja diterimanya tawaran itu. Kalau dia lebih terlambat lagi dari sekarang karena harus menunggu Wicak membuatkan bagiannya, Ocha sudah berjanji akan mengutuknya menjadi batu.

"Trims!" kata Ran, langsung berbalik ngeloyor pergi. "Wicak, thank you yaaaa!"

Di motornya, setelah Ran memastikan bahwa caramelnya ada di tempat aman, dia bergumam sendiri. "Pelangi yang sebenarnya... kapan ketemu ya?" 

***

Cowok itu tersenyum sambil mengamati note berwarna hijau zamrud yang dijatuhkan dan ditinggalkan Ran tanpa sadar.
"Cewek aneh," katanya sambil mengantongi note itu.

Kira-kira bisa bertemu lagi tidak ya?

"Eh, bli, itu cewek sering ke sini ya?"








June 6, 2011
4.02 pm

Erinda Moniaga

6 comments:

  1. waaa... i remember about ur preview story, lupa judulnya tp, ini msh gantung sygnya :(

    ReplyDelete
  2. ini ceritanya sengaja aku buat gantung...
    tapi kira2 pembaca uda nangkep gitu kan, siapa pelanginya si Ran?
    *sok misterius

    iya Ris, ini emang jadinya nyambung kesana, yg judulnya Caramel Java Chip :D

    ReplyDelete
  3. gak percuma anak sastra, trus ambil kuliah seni. imaginasinya keren. ceritanya bagus, orangnya berbakat. ;) ditunggu cerita berikutnya

    ReplyDelete
  4. Erin, aku pake cerpen ini buat di Newsletter Youth Corner yaah....
    judul nya kok ada -epilog- nya? maksudnya apa?
    cerpen yg ini gak ada gambar ilustrasinya yah?

    ReplyDelete