every word, every move, every expression has its own meaning. here I'm noting it.

Thursday, November 27, 2014

Time : I remember

[previous: Time]



I remember

Ia mengingatnya begitu rupa, begitu jelas, begitu rinci, begitu detil, begitu presisi. Ia ingat raut wajahnya yang meskipun mulanya terlihat kaku, sesungguhnya menyimpan keramahan tersembunyi, yang takkan terungkap tanpa pembicaraan lebih mendalam. Ia ingat terkadang ada beberapa rambut konyol yang berdiri dan tak pernah rebah, mencuat dan berantakan, membuatnya terlihat seperti tidak pernah menyentuh sisir selama lebih dari seminggu. Ia mengingat suaranya. Tidak berat dan dalam, tidak juga tinggi melengking menyebalkan, namun berkesan. Menyenangkan sekaligus menenangkan, seperti aliran air. Seperti air yang membasuh bersih semua luka dan kotoran, seperti air yang tenang dan menghanyutkan. Ia tidak mungkin melupakan tangannya yang pernah mengobatinya ketika terluka, tangannya yang kasar akibat pekerjaannya. Namun tangan itu lembut, selalu berhati-hati saat mengusapkan antiseptik di atas luka-lukanya, tangannya yang selalu membelai kepalanya, memberi penghiburan di saat semuanya terasa begitu berat dan letih. Ia mengingat tatapan matanya yang tidak pernah bisa ia mengerti. Ia merasa ada kesedihan yang membayang dalam matanya setiap kali mereka beradu pandang. Mengapa ia tidak pernah mendapatkan jawaban acap kali ia bertanya?
Ia mengingat semua yang mereka lalui dengan detil...
Dan kini, rasanya mengingat itu semua membuatnya ingin mati saja...
Ia diberi nama panggilan kesayangan olehnya...
Ia selalu ditolong olehnya...
Omel-omelannya saat habis kesabaran menghadapi tingkahnya yang slebor dan tanpa perhitungan...
Dan janji yang disangka hanya bualan ternyata sungguh ditepatinya...
Ingin rasanya ia mengutuk dirinya sendiri...
Mengapa...
Ia mengingat semuanya... Ia mengingat warna merah, jingga, dan kuning yang menghiasi langit dan tanah. Ia mengingat gemuruh dan hujan abu. Ia mengingat langit yang terbelah. Ia mengingat ketidakmampuannya. Ia mengingat tubuh dingin sahabatnya. Ia mengingat kalimat terakhir yang diucapkannya sesaat setelah ia dikecup olehnya. Dan ia mengingat ekspresinya saat terjun ke lautan api.
...
.........
...............
Aria...
Aria...
Aria...
                                    Aria...
                        ...............
            .........
...
Lagi, dan lagi, air matanya mengalir.







©Erinda Moniaga, 200713
2.37 AM

No comments:

Post a Comment