every word, every move, every expression has its own meaning. here I'm noting it.

Wednesday, February 9, 2011

Green Tea

BUGH.
“Wei, kena orang tuh!”
“Hah? Masa?!”
“Yaelah, itu orangnya udah jatuh gitu masa gak keliat?”
“OIYA! Waduh, sori, sori!!”
Brengsek, aku memaki, kemudian kehilangan kesadaran.


Aku merasa tubuhku diseret. 
“Jangan gitu lah, diangkat dong, angkat!“
“Dia berat tahu, gak kuat.”
Asem, udah bikin aku pingsan gini padahal!
“iya, iya, ini aku gendong dah,“
Bagus.
Aku merasa tubuhku diangkat.
Gila, hebat juga anak ini bisa gendong aku.
GABRUK.
SAKIT goblok!
“Ya ampun, kok khey naruh dia kayak lempar kardus ke lantai sih?”
“Hehe, dia berat tahu,“ aku mendengar dia cengengesan.
Asem memang orang ini. Sudah seenak jidat—ADOH!
“Jangan dibanting gitu kenapa sih? Baringkan dia pelan-pelan dong! Khey gak pernah ikut pramuka ya?”
“Hehe, sori, sori.“
DUDUL, sumpah, kalo nanti aku uda sadar aku bakal gebukin orang ini!
Oh, kepalaku di kasih bantal. Baik juga dia, aku ralat dah kali—UGH!
“Ya ampun, khey ini! Benjolnya jangan dipencet-pencet gitu dong.“
“Hehe, cuma iseng meriksa kok, bener apa gak dia benjol gara-gara bolaku.”
Orang ini memang bener-bener minta digigit!
“Tungguin dia ya, ampe dia sadar. Awas kalo gak!”
“Siap, bos!“ 
Buset, aku ditinggal berdua sama suku barbar ini!?!
Uh, kepalaku pusing…


Aku merasakan sensasi sejuk di pipiku.
Sudah berapa lama aku pingsan?
Aku membuka mataku dan terpaku.
Kukira aku dibiarkan tergeletak di pinggir lapangan, tertidur entah di atas tas milik siapa...
“Hai,“ dia bangun, mengusap-usap matanya ngantuk. “Ah, aku ketiduran. Sori ya tadi, bola home-run-ku kena kepalamu. Pasti sakit sekali ya.“
Dia tersenyum. 
Astaga. Cewek barbar ini kok manis?
Seketika aku lupa sumpahku yang tadi.
Lalu aku tidur di atas…
“WAAAA!!!” seruku, melompat bangun. Aku tadi tertidur di atas pangkuannya!!
Dang!
“Sori, sori,“ dia cengengesan lagi, wajahku terasa panas.
“Ugh...“ aku berusaha menghilangkan rasa maluku. “Iya, gak pa-pa.“
“Kamu jangan berdiri lama-lama, nanti pusing lagi lho, duduk aja dulu,“ dia menepuk-nepuk bangku taman, jelas, menyuruhku duduk. 
Aku menurutinya.
“Nih, minum,“ dia mengulurkan sebotol green tea. Green tea yang tadi menempel di pipiku.
“Trims.“ aku mengambilnya, dan dia tersenyum lagi.
Cewek barbar yang tenaga pukulannya superkencang begini kok bisa punya lesung pipi semanis itu?!!?
“Oya, namamu siapa?“
“Ha? Oh, Ian. Kamu?“
“Green tea,“ dia nyengir, aku melongo. “Hehe, green tea bahasa Jepangnya ocha. Namaku Ocha.“
“Ooh...“

dia manis.
tapi barbar.
tapi aku deg-degan.

dia lucu.
tapi punya tenaga monster.
tapi aku deg-degan.

Ugh, sialan.

dia bikin aku pingsan....
satu-satunya cewek yang bikin aku pingsan.....

oh, shoot.

green tea aka Ocha,

i guess i've fallen...





Erinda Moniaga
April 18, 2010

1 comment:

  1. nahh,, yg gni2 baru saya ngrti... ini bagi saya cerita green tea sensasinya dapet... scara tdk sadar mengajak pmbacanya masuk kdlm dan ikut merasakannya.. psti sangat berkesan bila ini bnr2 nyata trjadi pada saya.. :D

    beda ama crita atas2nya yg saya baca... baca bbrp kali ttp gk ngrti sensasinya dmn... *nangiss...

    ReplyDelete